Kuliah Perdana Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI Bersama Prof. Maurice Obstfeld ‘Trends and Challenges of Globalization’

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (5/2/2024) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menggelar kuliah perdana bertajuk ‘Trends and Challenges of Globalization’ secara daring melalui siaran YouTube FEB UI, pada Senin (5/2). Kuliah ini diisi oleh pengajar tamu Profesor Maurice Obstfeld (Class of 1958 Professor of Economics, UC Berkeley) dan moderator Profesor Mari Elka Pangestu, M.Ec., Ph.D. (Guru Besar dan Dosen Ilmu Ekonomi FEB UI).

Profesor Obstfeld, dalam paparannya, merinci sejarah lintasan kemajuan ekonomi global pasca Perang Dunia II yang mengesankan, khususnya pada 25 tahun pertama. Hal ini didorong oleh keuntungan dari perdagangan yang terjalin dalam struktur kerja sama multilateral melalui lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB), Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Meskipun menunjukkan keberhasilan, Profesor Obstfeld pun menyoroti momen krusial saat sistem nilai tukar tetap Bretton Woods mengalami keruntuhan lima dekade lalu. Namun, aspek lainnya dari kerja sama multilateral terus berlanjut, bahkan globalisasi ekonomi semakin pesat. Pertumbuhan ini membawa dampak politik dan geopolitik yang kini memberikan ancaman signifikan terhadap fragmentasi global.

Berbagai tantangan global saat ini tidak dapat dianggap sebagai masalah yang saling independen, tetapi saling berhubungan erat, beberapa di antaranya perubahan iklim, kesehatan masyarakat, penyebaran nuklir, instabilitas keuangan, risiko siber, keamanan pangan, pengungsi, terorisme, hingga pertumbuhan yang stabil, berkelanjutan, dan berkeadilan berdasarkan sistem perdagangan yang tertib.

Profesor Obstfeld mengutarakan, “Semua krisis ini memiliki kesamaan, yaitu kebutuhan akan kerja sama multilateral untuk mencapai solusi yang efisien dan memuaskan sepenuhnya. Beberapa tantangan ini tidak diketahui saat sistem pasca perang didirikan pada 1945. Seiring waktu, tantangan lainnya telah muncul kembali, seperti bahaya penyebaran senjata nuklir oleh Rusia yang cukup mengkhawatirkan.”

“Semua permasalahan di dunia yang saling terhubung ini memerlukan tindakan multilateral bersama. Peringatan serius telah disampaikan oleh majalah Foreign Policy yang menyatakan bahwa multilateralisme sekarang dianggap sebagai jalan buntu.” imbuhnya.

Perspektif yang berbeda terutama dari kelompok sayap kanan yang menolak campur tangan dalam demokrasi, serta sebagian dari kelompok sayap kiri, menambah kompleksitas dalam mengatasi tantangan global tersebut.

Namun, bagi negara kecil, Profesor Obstfeld mencatat, sistem berbasis aturan dapat meningkatkan kedaulatan di kancah internasional. Dengan mematuhi aturan global, negara kecil dapat memainkan peran yang lebih besar dan setara dalam kerja sama internasional.

“Penting pula untuk memberikan perhatian cukup pada kerangka kebijakan domestik. Meskipun perdagangan membawa keuntungan bersama, tetapi distribusi hasilnya harus dilakukan secara adil agar tidak menimbulkan reaksi negatif terhadap globalisasi. Ini melibatkan upaya memastikan bahwa manfaat ekonomi dan sosialnya didistribusikan secara merata di seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya mengakhiri.

Sumber : website feb.ui.ac.id